Sunday, 8 May 2016

Mengenal Tradisi Begalan

Begalan adalah satu dari sekian banyak tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Begalan menjadi bagian dari adat yang dilakukan dalam rangkaian resepsi pernikahan. Pelbagai makna makna dan pesan bagi masyarakat terkadung pada tradisi ini. Begalan berasal dari kata begal dalam bahasa Banyumas yang memiliki arti rampok atau perampok. Begalan berarti perampasan atau perampokan di tengah jalan.



Tradisi Begalan biasanya dilaksanakan dalam rangkaian resepsi pernikahan.  Jika yang dinikahkan adalah anak pertama dengan anak pertama, anak terakhir dengan anak terakhir, anak pertama dengan anak terakhir, dan anak pertama yang perempuan.   Pagelaran Begalan pada resepsi pernikahan dipercaya dapat membawa kebaikan bagi pasangan pengantin ketika kelak mereka menjalani kehidupan rumah tangga.
Begalan berasal dari  kisah pada  Adipati Wirasaba. Saat itu Adipati mempersunting putri dari Adipati Banyumas di hari sabtu pahing. Laiknya seorang laki-laki yang akan mempersunting seorang istri, Adipati Wirasaba bersama rombongannya membawa pernak-pernik yang dibutuhkan dalam acara pernikahan.  Di tengah perjalanan, rombongan Adipati Wirasaba bertemu dengan garong atau rampok yang di Banyumas disebut begal.
Pertarungan pun tidak bisa dielakkan antara rombongan Adipati Wirasaba dengan begal. Pertarungan dimenangkan oleh rombongan Adipati Wirasaba dan rombongannya. Tempat terjadinya pertarungan kemudian diberi nama Sokawera, karena Adipati Wirasaba yang bertarung secara rawe-rawe rantas malang-malang putung.
Kemudian rombongan itu beristirahat sebentar di tengah hutan sambil memeriksa barang bawaan, dan ternyata barang yang dibawa itu kurang (long dalam bahasa banyumas). Sehingga tempat tersebut diberi nama Pegalongan. Dan ketika di tengah perjalanan hendak menyeberangi sungai, rombongan itu menemukan mayat dari perampok yang bernama Suradilaga. Tempat ditemukannya mayat dari perampok yang bernama Suradilaga, kemudian diberi nama Cindaga. Lalu perjalanan dilanjutkan sampai di tempat acara pernikahan, hingga pernikahan pun dapat terlaksana.
Cerita singkat ini, merupakan bagian yang melatarbelakangi adanya tradisi begalan pada masyarakat Banyumas. Cerita ini juga terlihat dalam pementasan Begalan, yang diperankan oleh dua orang. Seorang berperan sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok yang bernama Rekaguna.   Cerita ini juga dipercaya oleh sebagian masyarakat Banyumas yang masih memegang kuat adat dan tradisi untuk menghindari bepergian jauh pada hari sabtu pahing.  Mereka percaya jika orang bepergian jauh pada hari sabtu pahing maka bisa  celaka.
Dalam pelaksanaan tradisi Begalan, seorang yang memerankan Gunareka akan membawa barang-barang yang dipikul. Barang-barang tersebut adalah peralatan dapur yang masing-masing alat memiliki makna dan pesan untuk pengantin pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pesan dalam pelaksanaan begalan yang disimbolkan dengan alat-alat dapur
Cething
Cheting adalah alat yang digunakan untuk tempat nasi yang terbuat dari bambu. Cething menjadi simbol bahwa manusia hidup di masyarakat sebagai mahluk sosial, melakukan semua hal sendiri tanpa bantuan orang lain dan lingkunganya.
Centhong
Centhong adalah alat yang digunakan untuk mengambil nasi. Centhong terbuat dari bahan kayu atau dari bahan tempurung kelapa. Centhong menjadi simbol  seorang yang sudah berumahtangga harus mampu mengoreksi diri. Harapannya ketika terjadi perselisihan antara suami istri mereka dapat menyelesaikan dengan baik, mengutamakan musyawarah mufakat sehingga terwujud keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin.
Irus
Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Irus menjadi simbol orang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
Siwur
Siwur adalah alat untuk mengambil air yang terbuat dari tempurung kelapa utuh dengan diberi tangkai kayu atau bambu. Siwur menjadi simbol orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan hawa nafsu dan jangan suka menabur benih kasih sayang atau perasaan cinta kepada orang lain. Siwur juga sering dimaknai oleh masyarakat banyumas sebagai kependekan kata dari Asihe aja diawur-awur (rasa cintanya jangan ditebar).
Kukusan
Kukusan adalah alat untuk menanak nasi yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut seperti gunung. Kukusan menjadi simbol bagi orang yang sudah berumah tangga agar berjuang untuk mencukupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.
Ilir
Ilir adalah kipas yang terbuat dari anyaman bambu, biasanya berbentuk segi empat. Ilir menjadi simbol bagi seseorang yang sudah berkeluarga supaya  bisa membedakan perbuatan baik dan buruk.
Ian
Ian adalah alat untuk menaruh nasi pada saat dikipasi dengan ilir. Ian terbuat dari anyaman bambu yang menjadi simbol atau melambangkan bumi dimana tempat kita berpijak.
Selain alat-alat di atas, alat-alat yang biasa dibawa dalam begalan juga ada Saringan yang terbuat dari bambu. Saringan adalah simbol bahwa dalam kehidupan berumahtangga harus bisa menyaring isu atau kabar, baik kabar baik maupun kabar buruk dengan sikap. Wangkring juga menjadi alat pelengkap dalam tradisi Begalan. Wangkring atau pikulan terbuat dari bambu sebagai simbol dalam kehidupan berumahtangga harus bisa memikul tanggungjawab bersama sebagai suami dan istri.
Menurut Hadi Suwito, salah satu pemeran Begalan di Kabupaten Banyumas, tradisi Begalan pada waktu sekarang telah mengalami modifikasi sesuai dengan perkembangan zaman. Hal itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat kini yang sudah mulai kurang percaya terhadap tradisi atau adat orang Jawa, atau yang dikenal dengan “kejawen”.  Modifikasi Begalan dilakukan untuk menjaga eksistensi dari tradisi yang sudah mulai pudar di masyarakat. Nilai-nilai Begalan tetap dipertahankan, walaupun kadang masyarakat sendiri tidak memahami sepenuhnya nilai yang terkandung di dalam sebuah tradisi.

Baca Juga :

Mengenal Tradisi Begalan

Ebeg Banyumasan


Tuesday, 3 May 2016

Penyakit yang berkorelasi dengan pikiran negatif

Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Jika berpikir Positif Maka Tubuh Akan merespon Secara positif lalu bagai mana jika kita selalu berpikir negatif...?




Berikut daftar penyakit yang berkorelasi dengan pikiran negatif:

1) Marah selama 5 menit, akan menyebabkan sistem imunitas tubuh kita mengalami depresi selama 6 jam ke depan.
2) Dendam dan menyimpan kepahitan, akan menyebabkan imunitas tubuh kita mati. Dari sana bermula segala macam penyakit, seperti stress, kolesterol tinggi, hipertensi, serangan jantung, rematik, arthritis dan stroke (perdarahan/penyumbatan pembuluh darah).
3) Stres yang cenderung diabaikan, akan mengakibatkan gangguan pencernaan.
4) Khawatir yang berlebihan, berkorelasi dengan sakit punggung.
5) Anda cenderung sensi alias mudah tersinggung, penyakit insomnia akan betah menemani malam-malam Anda.
6) Bingung berkorelasi dengan gangguan tulang belakang bagian bawah.
7) Takut yang berlebihan, menyambung relasi dengan penyakit ginjal.
8) Negative Thingking, menyebabkan Anda mudah terkena Dyspepsia atau kesulitan dalam mencerna makanan.
9) Emosi dan mudah marah, rentan terkena penyakit hepatitis.
10) Apatis (tidak pernah peduli) terhadap lingkungan, maka kita akan berpotensi mengalami penurunan kekebalan tubuh.
11) Menyepelekan berbagai macam persoalan, berhubungan erat dengan diabetes.
12) Kesepian mengakibatkan Demensia Senelis alias berkurangnya memori dan kontrol fungsi tubuh.
13) Merasa rendah diri dan seringkali bersedih, waspadai penyakit Leukimia (kanker darah putih).

Sunday, 1 May 2016

Ebeg Banyumasan

Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambudan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg.

Diperkirakan kesenian Ebeg ini sudah ada sejak zaman purba tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentuk in trance (kesurupan) atau wuru. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme.
Selain itu Ebeg dianggap sebagai seni budaya yang benar-benar asli dari Jawa Banyumasan mengingat didalamnya sama sekali tidak ada pengaruh dari budaya lain. Berbeda dengan Wayang yang merupakan apresiasi budaya Hindu India dengan berbagai tokoh-tokohnya. Ebeg sama sekali tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruhi agama tertentu, baik Hindu maupun Islam. Bahkan dalam lagu-lagunya justru banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri. Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya. Jarang ada lagu Ebeg yang menggunakan lirik bahasa Jawa Mataraman dan bahasa selain Banyumasan. Beberapa contoh lagu-lagu dalam Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga dan lain-lain.

Air Terjun Sawangan

Air terjun sawangan adalah sebuah air terjun yang masih tersembunyi dan belum banyak orang yang mengetahuinya, air terjun ini berada di Dekat Pantai Menganti , Ayah, Kebumen. Jika Anda Sudah bosan dengan pantai anda bisa menuju air terjun ini, sebenarnya tidak sulit untuk ke air terjun ini tapi membutuhkan perjuangan yang Benar-benar EXTARA untuk sampai ketempat ini. Caranya menuju tempat ini adalah jika anda sedang berada di depan pintu masuk pantai, anda bisa mampir kewarung di kiri jalan untuk membeli air minum karena dipastikan setelah ini tidak ada warung lagi jika sudah silakan ambil rute kanan yang berada sebelum pintumasuk pantai atau gampangnya tinggal nyebrang dari warung, setelah itu ikuti saja rutenya , jika hari Cerah maka anda beruntung karena tidak perlu OFFROAD karena jalannya yang belum diaspal. Jika sudah sampai ujung anda akan melihat sebuah bangunan , yang bisa dijadikan spot foto-foto diatasnya, di sebelah kiri anda bisa melihat pantai menganti istirahat sebentar heheeh , Cape Mesti.


Jika sudah ambil Jalan yang ada dikanan, untuk motor dikunci stang ya, Soalnya ngga ada tukang parkirnya, Oke semangat, Jalurnya mudah anda tinggal ikuti jalan nya aja, jika bercabang ambil yang menuju ke atas (lihat Bangunan), terus lalu belok ke kiri naik naik naik ntar bisa ngelihan Goa yang ada di sisi kiri, Ayo ayo Semangat, tinggal dikit lagi , lurus aja ntar ada turunan tinggal ikuti jalannya aja ntar nyampe,
Nih foto-foto nya Aku dan temen-temenku.



C:\My File\Privat\Photo\2015 - Maret - 7 ( Air Terjun SAWANG )\IMG_20150307_072602.jpg
C:\My File\Privat\Photo\2015 - Maret - 7 ( Air Terjun SAWANG )\IMG_20150307_073237.jpg
C:\My File\Privat\Photo\2015 - Maret - 7 ( Air Terjun SAWANG )\IMG_20150307_064641.jpg








Baturraden

Wisata Baturaden terletak di Desa Kemutuk Lor, Kec. Baturaden, Kab. Banyumas dan berada 14 Km dari Kota Purwokerto. Wisata baturaden juga terkenal dengan legenda lutung kasarungnya yang dipercaya sebagai asal muasal nama Baturaden ini.
  1. Disana juga terdapat sebuah komplek wisata yang didalamnya terdapat beberapa objek wisata yang sangat menarik. Diantaranya adalah Pancuran Pitu, yaitu sebuah pemandian air panas yang mengandung belerang yang berkhasiat menyembuhkan beberapa jenis penyakit khususnya penyakit kulit.
  2. Ada juga Taman Kaloka Widya Mandala, yaitu sebuah kebun binatang mini sekaligus tempat atau museum untuk menyimpan kerangka – kerangka dari hewan khasIndonesia
  3. Selain wisata alam, Baturaden juga menyajikan wisata budaya yaitu Grebeg Syura atau sedekah bumi yang diadakan setiap bulan purnama dalam kalender tahun islam. Ada juga pertunjukkan musik calung dan tari tradisional lengger.


Jadi Ngak ada salahnya kalo ngajak keluarga, teman atau kenalan anda untuk berlibur kesini.
Foto-foto :





Benteng Van Der Wijck

Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Benteng ini terletak di 4 km utara Gombong, sekitar 35 km sebelah barat dari Ibukota kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 18 km Barat Kota Karanganyar, atau 100 km dari Candi Borobudur, Magelang.
Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijck, yang kemungkinan nama komandan pada saat itu. Nama benteng ini terpampang pada pintu sebelah kanan.
Benteng ini kadang dihubungkan dengan nama Frans David Cochius (1787-1876), seorang Jenderal yang bertugas di daerah barat Bagelen yang namanya juga diabadikan menjadi nama Benteng Generaal Cochius. Benteng ini merupakan benteng persegi delapan satu-satunya di indonesia.
Jika Kebetulan Anda Sedang Berada di Kebumen tidak ada salahnya untuk mampir ke benteng ini :
Foto-foto Teman-teman:



Popular Posts